web media jatim

Jember Alami Deflasi, Pengamat: Makin Buruk Jika Absen Intervensi Pemkab! 

Media Jatim
Jember
(Ahmad Deni Rofiqi/Media Jatim) Potret Alun-Alun Jember Nusantara sebagai salah satu ikon yang bisa dikunjungi oleh para pelancong dan masyarakat setempat, Jumat (14/3/2025).

Jember, mediajatim.com — Fenomena deflasi terjadi di Jember tiga bulan terakhir ini, tepatnya, sejak Januari 2025 kemarin.

Diketahui, deflasi merupakan lawan inflasi, yakni suatu kondisi di mana harga barang dan jasa turun atau anjlok sehingga membuat pertumbuhan ekonomi tidak stabil.

Sepintas, kondisi ini terlihat menguntungkan bagi masyarakat luas karena harga di pasar turun. Tapi sebabnya kondisi ini adalah kabar buruk dalam tata kelola ekonomi.

Pasalnya, deflasi terjadi akibat kekurangan jumlah uang beredar yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun.

Pengamat Ekonomi Ciplis Gema Qori’ah menerangkan, fenomena deflasi sejak awal tahun di Jember terjadi akibat penurunan harga berbagai komoditas, seperti tarif listrik, telepon seluler, tomat, pisang, ketimun, dan sawi hijau.

Baca Juga:  Temukan Lima Bacaleg Ganda, KPU Probolinggo Minta Parpol Lakukan Klarifikasi 

“Selain itu, harga beberapa produk lain seperti udang basah, apel, telepon seluler, dan cumi-cumi juga mengalami penurunan, berkontribusi terhadap deflasi bulanan,” paparnya, Jumat (14/3/2025).

Namun, tutur Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember itu, jumlah pengangguran dan warga miskin di Jember kini mulai menurun.

“Secara agregat, kondisi ini mencerminkan perbaikan daya beli masyarakat yang berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021, jumlah pengangguran mencapai 73.540 orang dengan persentase penduduk miskin 10,41 persen, lalu turun menjadi 49.420 orang dengan persentase penduduk miskin 9,01 persen pada 2024.

Baca Juga:  Berkurban Karena Bersyukur

Dengan kondisi ekonomi ini, pihaknya berharap deflasi bulan ini tidak terlalu besar, mengingat akan ada kenaikan permintaan barang dan jasa selama Ramadan dan Idulfitri.

“Deflasi ini diperkirakan masih berlanjut hingga awal April 2025, dengan dua kemungkinan: ekonomi membaik jika ada intervensi kebijakan yang tepat, atau stagnan jika tidak ada langkah signifikan dari pemerintah,” pungkasnya.(den/faj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *