Santri Nuris Jember ‘Ciptakan’ Tipotaku untuk Energi Alternatif

Media Jatim

MEDIAJATIM.COM | Jember – Siapa bilang santri ketinggalan jaman. Justru dalam beberapa dekade terakhir, prestasi santri cukup membanggakan. Tidak hanya di bidang agama, di bidang ilmu umum, prestasi santri juga moncer. Salah satunya ditunjukkan oleh tiga santri Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember Jawa Timur. Mereka adalah Tegar Ramadani, Deli Annisa Virca, dan M. Nidhor Fairuza, semuanya adalah siswa SMA Nuris.

Ketiga santri tersebut bahkan menyabet gelar juara dua dalam ajang LKTIN ELCCO Nasional yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Udayana Bali akhir Maret 2021.

Ketiganya menyuguhkan karya berjudul Tipotaku: Studi Ekperimental Kombinasi Limbah Batang Tembakau, Kulit Kakao dan Ampas Tebu dalam Pembuatan Bioetanol Menuju Indonesia Mandiri Energi.

Menurut Tegar, gagasan untuk menciptakan energi terbarukan muncul karena kekhawatirannya yang mendalam atas cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin menipis. Seraya mengacu kepada data di Kementerian ESDM 2019 bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia hanya berkisar 3,77 miliar barel. Jumlah tersebut diperkirakan akan habis dalam 9 tahun ke depan. Pada saatnya nanti energi fosil hanya tinggal kenangan.

Baca Juga:  Jember Butuh Sosok Pemimpin yang Pas

Ia mengaku cukup gelisah saat membayangkan Indonesia kelak kehabisan sumber minyak bumi, sementara kehidupan terus berjalan yang berarti membutuhkan bahan bakar.

“Maka ada dua pilihan, pertama, mengimpor bahan bakar, tapi ini sulit karena membutuhkan banyak biaya. Kedua, mencari sumber energi terbarukan dalam negeri, dan ini sangat memungkinkan,” ucapnya di Pesantren Nuris, Jember di sela-sela sekolah, Senin (14/5).

Ia menegaskan, sumber energi terbarukan cukup banyak di Indonesia namun butuh penanganan dan pengelolaan yang maksimal. Katanya, di Jember dan wilayah tapal kuda, cukup banyak limbah pertanian yang bisa dijadikan sumber energi terbarukan. Di antaranya adalah tambakau, kakao dan tebu.

“Ketiga tanaman tersebut cukup banyak di sekitar kita,” tambahnya.

Siswa kelas XII IPA 1 SMA Nuris Jember itu menambahkan bahwa tanaman tembakau di Jember sampai saat ini masih banyak meski sudah berkurang. Tembakau hanya diambil (digunakan) daunnya oleh petani, sedangkan batangnya dibuang, dan jadi limbah yang tentu mencemari lingkungan.

Baca Juga:  Berpacu dengan Waktu, NasDem Jember Lawan Covid-19

Padahal, lanjut Tegar, batang tembakau mengandung selulosa yang cukup tinggi, yakni mencapai 44 persen dari keseluruhan bagian tanaman tembakau. Ketersediaan kandungan selulosa yang terdapat dalam batang tembakau berpontesi digunakan untuk bahan baku pembuat bioetanol sebagai solusi pengganti bahan bakar fosil.

“Itu yang pertama, dan masih harus dicampur dengan selulosa yang terdapat dalam kulit kakao,” jelasnya.

Tegar menjelaskan bahwa limbah kulit kakao mengandung selulosa sebesar 63-64 persen, dan ampas tebu sebesar 35,01 persen. Jika ketiga selulosa itu dicampur dengan cara dan teknik tertentu, akan menghasilkan bioetanol yang cukup bagus.

“Karena bahan bakunya dari tiga tanaman, maka kami beri nama produk tersebut: Tipotaku (Triple Power Of Tapal Kuda),” pungkasnya.

Reporter: Aryudi A Razaq

Redaktur: Sulaiman