Oleh: Salman
“Ini latah, ingin menyamakan dengan organisasi lain yang sudah tertata organ alumninya”, “ini kok baru ada sekarang dan belum pernah mendengar”, ditambah yang lain. Bahkan yang sangat menggelikan, “ini adalah tunggangan politik baru, ini pasti ada yang mendesain. Buktinya, tempat deklarasinya ditaruh di Pondok Panempan, yang, pengasuhnya adalah tokoh politik.” Pertanyaan-pertanyaan ini masuk via whatapp silih berganti. Tak terpikir, bagaimana cara melayani pertanyaan-pertanyaan ini. Namun, sekenanya, saya jawab sesuai mood saat memebuka Handphone.
Satu persatu saya hadirkan wajah para pejuang IPNU-IPPNU dalam setiap menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas sekalian mengenang kehebatan beliau; seluruh senioritas yang tidak mengeluh dalam setiap berjuang. Bahkan hingga kini, beliau-beliau, para senior kami masih tetap eksis dan suvive sesuai maqam (profesi) beliau, seraya berdoa: “Yaa Allah, panjangkan umur para beliau, anugerahi nikmat sehat wal afiat).
Tentu beragam friksi mengapa Deklasi Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama diadakan. Ini pun menarik meski tidak harus saya tulis disini.
Tahu-tahu tua. Hampir 27 tahun, 20 tahun, dan 15 tahun, senior kita, satu sama lain, belum pernah jumpa. Padahal, katanya, dulu akrab banget. Saking akrabnya tidak hanya joinan rokok, pacaranpun bareng bareng. Kemudian, seminggu menjelang Deklasi ini dipertemukan dalam satu Grup WA; saling saut, saling ejek, saling sanjung melalui pesan voice khas suara kakek-kakek dan nenek-nenek. Grup WA tiba-tiba sangat ramai. Tahu-tahu sudah memiliki empat cucu bahkan ada yang bercicit-cicit.
Hari ini, tanggal 3 Nopember 2021, jam 14.00 Wib, bertempat di Pondok Pesantren Matsaratul Huda, Panempan, Pamekasan akan digelar acara. Beliau-beliau, senior dari seluruh angkatan; baik yang dulunya sangat aktif di structural, atau yang hanya jadi pengembira setiap acara berlangsung karena tunangannya jadi aktifis IPPNU atau sebaliknya, dan, atau yang numpang ngekos di kantor NU, semua berniat hadir dengan tampilan glowing.
Alhasil, digelarnya acara ini sebenarnya adalah bentuk syukur (slametan abhe’). Kita semua, sampai setua ini, masih diberi nikmat sehat wal afiat oleh Allah SWT. Kita slametan abhe’ karena pada saat kita masih usia muda, usia pelajar berkesempatan berproses di sebuah organisasi yang tidak lain adalah anaknya NU (Badan otonom termudanya NU). Kita bersyukur tidak salah jalan, salah imam, dan salah ideologi. Heee. Slamaten abhe’ karena barokah aktif di organisasi anaknya NU kita justru menemukan alur, jalan, dan bekal hidup. Dari sanalah kita pernah dilatih dan ditempa menjadi orang yang harus serba bias; bisa ngetik, nganter surat, nge-MC, sambutan, ketua panitia, konseptor, cuci piring kotor, tukang ngoni’ih nasi, cari proposal jalan kaki dengan tubuh yang kurus krempeng.
Ungkapan syukur tidak terhingga ini juga karena sampai hari ini organisasi tempat kita berproses masih eksis diteruskan dan diperjuangkan oleh rekan dan rekanita adik-adik generasi kita. Pun, semoga keteladanan yang pernah kita toreh diorganisasi tercinta ini dilanjutkan oleh adik-adik kader, sehingga dari semua itu lahir kesholehan dan jariyah yang tidak terputus.
Dari perbincangan grup WA di atas, muncul komentar-komentar menyenangkan, begini: “Kita mau nyumbang apa ya saat acara nanti, kita mau pakai sarung apa celana, pakek krudung warna apa, emm… sidia apa diundang juga.” Saya bilang: “Obat dari rindu adalah perjumpaan. Wkwkwk.” Akhirnya, selamat dan sukses Deklarasi IPNU dan IPPNU. Saya hadir dengan penuh kebahagiaan, percaya diri, dan mental yang independen.
Salman, Mantan Aktivis IPNU Pamekasan