Sumenep, mediajatim.com — 65 desa di Kabupaten Sumenep mengalami kekeringan pada puncak musim kemarau tahun ini.
Dari 65 desa tersebut, 8 di antaranya mengalami kekeringan kritis akibat kemarau tahun ini.
Sekretaris BPBD Sumenep Abd Kadir mengatakan bahwa puncak musim kemarau memang berdampak serius pada pasokan air bersih di desa-desa.
“Enam desa yang mengalami kering langka sekarang sudah meminta bantuan air bersih kepada kami,” ungkapnya, Kamis (5/9/2024).
Enam desa tersebut, lanjut Kadir, yakni Desa Poteran, Desa Larangan Barma, Desa Batuputih Kenek, Desa Mandala, Desa Campaka dan Desa Lebeng Barat.
Selain enam desa ini, tutur Kadir, ada 8 desa lainnya yang juga meminta pasokan air bersih. “Hingga saat ini BPBD Sumenep sudah mengirimkan bantuan air bersih ke 14 desa,” terangnya.
Kata Kadir, memang tidak semua desa yang mengalami kekeringan mendapat pasokan air bersih. “Jadi, hanya 14 desa itu yang mendapat bantuan air bersih,” bebernya.
Sementara itu, Anggota DPRD Sumenep Akhmadi Yazid menyayangkan sikap BPBD Sumenep yang kurang sigap dalam mengatasi bencana kekeringan.
“Seharusnya BPBD jemput bola atau tidak menunggu adanya laporan dari pemerintah desa dan masyarakat,” ucapnya, Kamis (5/9/2024).
Yazid mengatakan, jika BPBD hanya menunggu laporan masyarakat, bencana kekeringan bisa mengancam keselamatan penduduk.
“BPBD harus menyasar dan menyisir ke lapangan. Pasti banyak desa yang membutuhkan bantuan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari,” jelasnya.
Politisi PKB itu berharap, BPBD Sumenep menambah volume dan intensitas bantuan air kepada warga yang membutuhkan.
“Caranya, BPBD harus menggandeng stakeholder, seperti DPMD, Dinsos P3A, PDAM dan yang lainnya,” pungkasnya.(man/faj)