MEDIAJATIM.COM | Jember – Tantangan bangsa Indonesia yang mengonggok di depan mata adalah masih lestarinya benih-benih radikalisme. Meskipun organisasinya telah dibekukan, tapi orang-orangnya terus bergerak dalam kesenyapan. Mereka juga menyusup ke berbagai instansi, BUMN, dan bahkan perguruan tinggi.
Demikian diungkapkan oleh Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Profesor Muhammad Noor Harisudin saat menyampaikan tausiyah dalam halal bi halal terbatas Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Jember di kediaman H Babun Suharto, Perumahan Surya Milenia, Jember, Selasa (1/6) malam.
Menurut Prof Haris, sapaan akrabnya, NU dan segenap komponen lain harus bersatu untuk menghadapinya. Sebagai organisasi yang selalu berada di garda terdepan dalam mengawal NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), NU tak boleh lengah dan harus kompak dan terus merapatkan barisan untuk membendung penetrasi radikalisme.
“Tidak hanya NU, semua komponen masyarakat dan antar perguruan tinggi juga harus bersatu menolak radikalisme. Dan kami (Fakultas Syariah), siap menghimpun kekuatan dengan pihak lain untuk menghadapi radilaismen,” urainya.
Ia menambahkan, perbedaan di lingkungan NU sudah biasa terjadi, lebih-lebih terkait dengan politik. Tidak masalah. Sesungguhnya, lanjut Prof Haris, perbedaan yang ada hanyalah perbedaan cara pandang dan pilihan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tapi ujung-ujungnya juga demi NU dan bangsa Indonesia.
“Betapapun sengitnya kita berbeda, namun jiwa kita tetap bersatu. Kita harus berkaca kepada sejarah para sahabat yang tak jarang terjadi perbedaan yang sengit, tapi tetap bersatu,” urainya.
Sementara itu, Ketua PC ISNU Kabupaten Jember, H Hobri Ali Wafa mengatakan bahwa soliditas NU dan sinergitas dengan banyak pihak sangat diperlukan dalam membendung radikalisme. Menurutnya, hampir semua masyarakat menolak radikalisme, namun kekuatan gerakan radikal sangat militan, sehingga sulit dihilangkan. Karena itu, sinergi antar lembaga NU dan badan otonomnya, bahkan dengan banyak pihak lain perlu dilakukan.
ISNU sendiri, katanya, sering bersinergi dengan banyak pihak dalam membendung radikalisme dan mengintrodusir pikiran-pikiran moderat, baik dalam bentuk kajian maupun diskusi. Yang terbaru adalah pendirian kampung Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) di Desa Sumberketimpa, Kalisat, Jember.
“Itu kami bersinergi dengan kades setempat. Kami tidak muluk-muluk, di kampung Aswaja itu kami hanya ingin membangun suasana kehidupan yang aman, damai, moderat, tidak ada yang mengkafir-kafirkan, dan menjunjung toleransi, dan tentu saja amaliah-amaliah NU akan terus kami tanamkan,” pungkasnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: Sulaiman