MediaJatim.com, Jember – Dr. Akhmad Multazam, S.Ked, nama lengkapnya. Sosok yang satu ini sejatinya tak begitu populer di kalangan warga NU Jember. Maklum, ia adalah seorang dokter umum.
Selain bertugas di Puskesmas Andongsari, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur, juga membuka praktek di rumahnya. Sehingga seluruh waktunya nyaris tersita untuk urusan pasien.
Kendati demikian, dr. Multazam –sapaan akrabnya- tidak lupa NU. Dia adalah satu dari sedikit dokter berlatarbelakang NU yang mempunyai komitmen kuat untuk membesarkan NU. Di luar tugas rutinnya sebagai dokter, ia rajin menggalang kekuatan di kalangan dokter NU untuk missi sosial. Sebab baginya, meski sedikit tapi bersatu, maka tentu banyak yang bisa diperbuat. Maka dibentuklah Pengurus Cabang Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PCPDNU) Kabupaten Jember, dan ia didapuk sebagai ketuanya.
Dr. Multazam lahir di Jember ketika kalender menunjuk pada angka 8 Agustus 1975. Dari sisi orang tua, ia tergolong tajir. Ayahnya, (almarhum) Drs. RH. Masrai Djoefri yang berprofesi sebagai dosen Universitas Jember dan IAIN Jember, masih mempunyai garis nasab dari kraton Sumenep, Madura. Sedangkan ibunya, Hj. Tutik Rahmawati, adalah cucu H Amal Makruf, pembayar pajak terbesar kedua di Jember di era Bupati Abdul Hadi. Walaupun begitu, rasa pongah jauh dari jiwa sang dokter.
“Beda zaman, beda ekonomi, dan saya adalah saya,” jelasnya.
Darah ke-NU-an dr. Multazam, tentu tak lepas dari didikan orang tuanya. Bahkan ketika masih menjadi pelajar, ia menyempatkan nyantri di Pesantren Darussalam, Patrang, Jember. Sebuah pesantren yang diasuh KH Abdusshomad, ayahanda KH Muhyididn Abdusshomad, Rais Syuriyah PCNU Jember.
Setelah lulus SMAN 2 Jember, dr. Multazam melanjutkan ke ITS, Surabaya (1993), jurusan Teknik Fisika, Fakultas Tehnik Industri. Namun cita-citanya untuk menjadi insinyur, akhirnya kandas. Sebab, selang setahun ia berhenti di situ, dan memutar haluan untuk menjadi dokter. Maka iapun pindah ke Fakultas Kedokteran Umum, Unibraw, Malang. Dan dari situlah, suami dari Chandra Puspitasari ini meretas nasibnya hingga menjadi seorang dokter.
Kendati sibuk melayani pasien, namun dr. Multazam tetap meluangkan waktu untuk berkegiatan sosial, lebih-lebih di NU. Apalagi sejak 3 tahun lalu, ayah dari dari Alycia Qotrunnada, Hilal Muazzam dan Hanum Soraya ini ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (PCLKNU) Kabupaten Jember.
Melalui lembaga itulah, ia mengabdikan diri dan membesarkan NU. Selain itu, nama d. Multazam juga masuk di kepengurusan PC ISNU Kabupaten Jember di bawah pimpinan DR. Hobri.
“Di mana pun kita berada, yang penting bermanfaat,” tukasnya.
Ucapan tersebut, salah satunya ia buktikan saat PWNU Jawa Timur menggelar Istigotsah Kubra beberapa waktu lalu. Saat itu, ia menurunkan tim medis untuk melayani kesehatan para jamaah di area Gelora Delta, Sidoarjo. Setidaknya, tim medis LKKNU Jember itu melayani 43 jamaah dalam “praktik” yang singkat tersebut.
Namun sayang, saat pulang ke Jember, mobil yang ditumpangi tim medis LKKNU Jember, mengalami kecelakaan di Pasuruan.
“Tapi tidak apa-apa. Semua ada hikmahnya. Dari situ saya kenal dengan cicit Mbah Kholil Bangkalan. Dan saya bersyukur bisa memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah istigotsah,” katanya.
Ya, dr. Multazam adalah sosok pengabdi yang tulus. Meski hanya setetes, semoga ketulusannya bisa menjadi penyejuk di tengah-tengah masyarakat yang cenderung terkooptasi budaya politik dengan segala kepura-puraannya. Semoga.
Reporter: Aryudi Abdul Razaq
Redaktur: A6