Namun, akhir-akhir ini, pers rasanya kok menjadi tidak independen.
Ongky Arista UA
Melihat secara Fair Berita “Baik” atau “Buruk” Itu adalah Framing
Namun, framing ini tidak berangkat dari kebohongan dan kekosongan, framing ini berangkat dari kepingan fakta, dan framing ini adalah framing kontrol sesuai dengan prinsip jurnalisme sebagai pemantau kekuasaan di atas.
Menjawab Tanya (?) Mengapa Kita Harus Membaca Berita
Bukan hanya bagi McCain, tetapi memang pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk selalu ingin tahu sesuatu–ingin mengonsumsi informasi atau berita–tanpa sensor, tanpa distorsi dan jumlahnya sangat banyak.
Jurnalisme Tidak Berawal dan Berakhir dengan Berita
Kedua, saya mempertanyakan satu hal lain; mengapa kerja jurnalistik lebih identik–bahkan kalau boleh disebut diidentikkan mati-matian–dengan mencari dan menulis berita? Mengejar berita hingga kejar-kejaran dengan narasumber?
Bagaimana Berita Diterbitkan: Sebuah Cara Mengenali dan Mempercayai Media Massa
Bagaimana tahap demi tahap berita diproduksi. Bagaimana kerja wartawannya. Bagaimana kejujuran wartawannya. Bagaimana kemampuan si wartawan dalam berbahasa melalui tulisan.
Mendiskusikan Kerancuan: Mengapa Berita “Buruk” Gratis dan Kabar “Baik” Berbayar (?)
Sampai pun detik ini, pers tetap menjadi sesuatu yang eksklusif di Madura; tidak banyak orang yang tahu tentang bagaimana cara kerja pers; tidak banyak orang paham; hanya orang-orang tertentu yang mengerti tentang pers; hanya pekerja dan pegiat pers yang memahami itu.
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.