Judul: Kitab Talim Mutaallim
Penulis: Imam Zarnuji
Penerbit: Turos Pustaka
Cetakan: Pertama, Juli 2021
Tebal: 372 Halaman
ISBN: 978-623-7327-56-1
Peresensi: Untung Wahyudi*
Menuntut ilmu adalah perkara wajib bagi setiap manusia. Tanpa ilmu seseorang tidak akan mengetahui berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Karena itu, dalam sebuah pepatah Arab terkenal diungkapkan, “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China.” Hal ini begitu jelas bahwa menuntut ilmu wajib hukumnya sehingga siapa pun diharuskan untuk belajar, memperdalam pelbagai disiplin ilmu untuk bekal hidup.
Berbicara tentang menuntut ilmu, tentu kita akan teringat sebuah kitab klasik karya Syekh Imam Zarnuji berjudul Talim Mutaallim. Kitab ini sangat terkenal di berbagai pesantren karena, setiap santri baru biasanya mempelajari kitab ini sebelum mempelajari disiplin ilmu lainnya.
Kitab Talim Mutaallim yang diterbitkan oleh Turos Pustaka ini diterjemahkan dari kitab klasik terkenal. Memuat berbagai pembahasan seputar etika menuntut ilmu, adab bergaul bersama guru, bergaul bersama teman, hingga upaya untuk mengusir rasa malas selama belajar.
Dalam salah satu bab buku ini dijelaskan bahwa, setiap orang yang menuntut ilmu hendaklah bersungguh-sungguh dalam memahami pelajaran. Hal ini tentu sangat relevan dengan kondisi saat ini. Sebagaimana lazim terjadi, terkadang santri atau pelajar kurang bersemangat dalam proses belajar sehingga, materi pelajaran yang diajarkan guru sulit untuk diserap atau diterima. Padahal, kesungguhan dan ketekunan dalam belajar sangat dibutuhkan agar materi bisa mudah dicerna otak dan pikiran.
Berdoa menjadi hal penting dalam proses belajar atau menuntut ilmu. Di kalangan pelajar, terutama yang ada di lingkungan madrasah atau pesantren, sebelum materi pelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk berdoa bersama. Tujuannya agar pikiran dan hati mereka bisa terbuka dan Allah memudahkan dalam menyerap pelajaran. Dengan doa yang khusyuk dan serius, diharapkan materi yang akan dipelajari bisa diterima dengan baik. Ilmu yang didapatkan pun bisa bermanfaat.
Dalam bab lain dijelaskan, dalam suatu majelis ilmu seorang pelajar tidak dibenarkan duduk terlalu dekat dengan guru atau ustaz. Hal ini berkaitan dengan etika atau adab sopan santun antara murid dan guru. Dalam hal ini, di setiap sekolah atau pesantren, biasanya posisi tempat guru cukup berjauhan dengan para santri. Seorang murid pantang duduk di kursi guru yang biasa dipakai dalam proses belajar mengajar.
Namun begitu, bukan berarti murid dan guru tidak boleh berdekatan. Di luar majelis ilmu atau kelas, para murid bisa saling bertegur sapa dengan guru dan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang belum dipahami di dalam kelas.
Selain dilengkapi peta buku pada tiap bab yang memudahkan pembaca, terjemahan kitab legendaris ini juga dilengkapi teks asli kitab bahasa Arab dan syair-syair motivasi karya Imam Syafii yang sangat menyentuh hati.
Kehadiran buku setebal 372 halaman ini bisa menjadi panduan bagi para pelajar tentang etika menuntut ilmu dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah atau madrasah. Bahwa dalam proses menuntut ilmu itu ada etika yang perlu dipelajari dan cara-cara yang harus diketahui agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik.
*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya.